Forgeus adalah sebuah one-man project asal Sukabumi, yang merupakan side project dari Naufal von Forgeus, dan juga gitaris dari Rising the Sun. Memulai debutnya pada tahun 2020 dengan merilis demo-nya yang berjudul Forgeus I. Sejatinya, meski pun musik pada demo tersebut terkesan raw, tempo tidak teratur, dan masih banyak kekurangan sebagaimana hasil dari self-record. Forgeus seperti menetapkan sebuah “produk”, yang tetap dipertahankan pada album Night Train Suicide.
Jika kita ikuti jejak Forgeus yang telah merilis 2 demo, 3 single, 2 EP, dan 2 album. Forgeus berupaya memperbaiki kualitas dari musiknya sendiri. Yang memang masih memiliki banyak kekurangan. Namun, semua kesan itu berubah saat single The Witch is the Bitch dirilis. Ya, perubahan itu dimulai dari sini. Tempo yang sudah teratur, mixing-mastering yang sudah cukup memumpuni (untuk sekelas self-record), namun masih sedikit mempertahankan sound raw-nya itu sendiri. Perubahan ini juga semakin dimantapkan dengan dirilisnya album kedua Forgeus setelah Night Train Suicide - yakni Thy Art, yang meninggalkan sound raw, permainan musik yang rapih, horror, bestial, dan sekilas agak cabul.
Sejenak kita akhiri kilas balik dari debut Forgeus ini. Selanjutnya kita akan masuk pada pembahasan mengenai single terbarunya yang dirilis pada tahun 2022, juga dirilis secara fisik oleh Depressive Ilussion Records, dan digital oleh Heaven Slaughter Records. Pada single terbarunya kali ini, Naufal, mengangkat sebuah kisah romansa klasik berjudul The Beauty and the Beast. Cerita ini mengisahkan seorang yang buruk rupa, lalu jatuh cinta pada seorang wanita yang cantik. Akan tetapi, cintanya ini merupakan ketidak-mungkinan dari ketulusannya - ia mengalami depresi, sampai akhirnya dia memilih untuk mengakhiri hidupnya dengan memotong urat nadinya sendiri. Barangkali ini sangat bertentangan dengan versi asli yang sering kita temui pada film Disney. Namun, berlainan, ini merupakan sebuah bentuk bad ending, dan sudut pandang lain bahwa sebuah akhir tidaklah harus selalu bahagia.
Pada single kali ini, Forgeus mulai meninggalkan Doom Metal, dan Raw Black Metal, sebagaimana pada album awalnya. Forgeus pada single-nya kali ini juga lebih cenderung mengusung Blackened Death Metal, sekilas.
Sedikit tremolo di-iringi transisi dari hentakan drum yang dimainkan sebagai bentuk klimaks (terutama part sebelum melody), riffing yang lebih mengarah pada nada harmonic-minor, solo gitar pentatonic, dan vocal yang menggeram. Berhasil menggambarkan sebuah suasana yang emosional, dan menyedihkan.
Sekali lagi, Forgeus berhasil membuat sebuah perubahan pada perjalanannya sebagain one-man band. Terlebih lagi, Forgeus juga menarasikan ulang kisah klasik tersebut menjadi versi yang berlainan. Ini merupakan maha karya yang patut diperhitungkan keberadaannya di tengah skena musik Black Metal Indonesia!
Penulis: Muhammad Rafi Akbar
Komentar
Posting Komentar