Black Metal merupakan sebuah
genre yang sangat populer di tanah air, musik ini biasa dikatakan “paling
kelam”, dikarenakan menurut sejarah, kisah, bahkan legenda dari mulut ke mulut
mengenai banyaknya kontroversi dari para pendahulunya yang dipenuhi oleh skandal,
satanisme, paganisme, bahkan sampai pada pembunuhan turut mengiringi
sejarah berdirinya musik yang paling jahat di antara banyak nya subgenre musik metal
lain.
Namun, secara perlahan,
stigma tersebut sedikit demi sedikit terkelupas oleh perkembangan musik Black
Metal yang turut menghasilkan seniman yang mulai ber-eksperimentasi seiring zaman.
Tidak bosan juga saya menyebutkan di antara banyaknya band Black Metal kian
terus-menerus membuat ide/terobosan sub-genre baru, dan berbagai tema
yang lebih melankolis namun masih tetap mematenkan sisi gelap di dalamnya. Salah
satunya kali ini yang akan dibahas ialah Black Gaze.
Berdasarkan laman
Wikipedia, Blackgaze adalah genre yang menggabungkan elemen Black Metal dan Shoegaze.
Kata tersebut merupakan perpaduan dari nama dua genre, yang dijelaskan
oleh "The Guardian" sebagai
istilah "new-school” yang menggabungkan ketukan blast beat,
dungeon wailing, gitar razorwire dengan lebih reflektif, disertai
iringan melodi post-rock, shoegaze, dan post-hardcore.
Menurut Exclaim:
"Black Gaze, menggabungkan instrumentasi asing yang keras dari Black Metal
dengan soundscapes shoegaze yang lebih lembut dan indah." Sebagaimana
pada pembahasan kali ini saya akan membahas salah satu band dari sisi Kota
Surabaya, yaitu “Amurg.”
Amurg merupakan band yang
baru-baru ini muncul di belantika musik Black Metal tanah air. Band yang baru
saja melepaskan debut demo-nya yang berjudul "Leave" ini ber-anggotakan
4 orang, diantaranya: Cursed (gitar-vokal), Azam (gitar), Aji (bass), dan Enobaph
(drum). Berbasis di kota Surabaya yang di dominasi oleh para monster Hardcore dan
Death Metal, nampaknya membuat Amurg tak segan-segan menunjukan taring
keganasannya.
Dikutip dari press-release
Amurg, sebuah proyek band ber-genre Atmospheric/Melodic Black Metal yang
berasal dari kota Surabaya, Indonesia; terbentuk pada januari 2020 dengan pemain
yang memiliki latar belakang lintas genre dan ketertarikan yang sama
pada musik black, shogaze, ambience, dan lainnnya. Lirik yang diangkat
terinspirasi dari sejarah kesedihan diri, alam dan bumi.
Personil awalnya hanya terdiri
dari 4 orang, Bima (vokal), Koes (gitar), Azam (gitar) dan Eno (drum). Pada
pertengahan jalan, masuklah Aji mengisi posisi bass. Namun Bima harus
mengundurkan diri dan kekosongan vocal diisi sekaligus oleh Koes yang juga merangkap
sebagai gitar. Pada akhirnya formasi final adalah: Koes (vokal dan gitar), Azam
(gitar), Aji (bass), dan Eno (drum). Baru kemudian pada bulan Juni 2022, Amurg
meluncurkan demo single pertama bertajuk "Leave."
Band yang mengusung genre
Post Black Metal/Black Gaze ini memperkenalkan sebuah demo ber-durasikan
7 menit lebih. Track yang cukup mudah dinikmati, walau mereka memainkan genre
Post Black Metal, tapi nampaknya sisi brutal dari bagian instrument tidak segan-segan memainkan tempo yang sangat cepat.
Iringan traditional blast beat dan termolo picking dari gitar langsung membuka aura gelap terang di lagu ini. Elemen Atmospheric Black metal yang cukup rapih dimainkan dan membuat saya teringat dengan Enisum dan Slfr. Untuk bagian vokal, nampaknya Cursed lebih menyeimbangkan dengan teknik vokal yang biasa di mainkan oleh Ihsahn (Emperor) dan Gerrard Way (MCR) saat mengisi salah satu lagu dari Ibaraki.
Memasuki 2 menit dari
lagu, dibagian verse dari lagu yang hanya mengandalkan suara noise,
gitar rythm yang bermain sedikit halus dengan chord yang biasa di
mainkan dalam pre-lude band-band DSBM. Beranjak sedikit, kita menjumpai tremolo
picking dari gitar dan dentuman drum yang memberikan fill kekosongan
seperti lagu Homeland dari Pure Wrath. Sayangnya di bagian bridge lagu
terasa hampa tanpa vokal shierking-nya Cursed. Ini nampaknya membuat
Amurg lebih ingin bermain sedikit melankolis dengan menghilangkan sisi vokal
dari Cursed.
Sedikit terbawa dengan
suasana dramatis, nampaknya hal itu harus saya hentikan dan sedikit terkejut
dengan raungan gitar yang memasuki modulasi dari lagu, dan berlanjut dengan
kecepatan permainan dari Amurg, yang nyatanya mereka tak hanya menampilkan sisi
melankolis di demo ini: namun Amurg juga menawarkan sisi gelap.
Kembali dengan blast
beat dan tremolo picking di bagian modulasi, Amurg, memulai serangan
kejutan dan kecepatan yang sedikit mengejutkan dengan vokal yang membabi buta,
dan terdapat sedikit backing dari gitar atau synth yang memainkan
perannya sehingga terdapat sisi melankolis nan-epic hingga akhir lagu.
Jika di lihat secara
keselururhan, Amurg tak terlalu memainkan Black Gaze yang begitu epic,
melainkan sisi Post Black Metal yang begitu kuat mereka mainkan. Namun, untuk
band yang bisa dibilang baru lahir, nampaknya Amurg tak main-main, dengan
materi sekelas demo ini, terbayang bagaimana epic-nya permainan
mereka ke depan.
Bagi saya, demo ini layak mendapatkan nilai 7,8/10; sedikit kekurangan dari demo ini ialah bagian dari vokal dari Cursed. Sedikit longgar jika bisa dibilang, karena kurangnya fill dari vokal, sehingga dalam beberapa pattern di track-track tertentu memiliki sedikit ruang kosong. Namun, selebihnya, Amurg cukup luwes dalam memperkenalkan diri dengan materi se-epic ini.
Penulis: Febrian Ariady
Editor: Muhammad Rafi
Akbar
Komentar
Posting Komentar